Rabu, 21 Desember 2011

Pengaruh Pariwisata terhadap Perkembangan Yogjakarta



Didalam masyarakat suatu perubahan sosial budaya akan selalu ada, karena masyarakat selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lain. Perubahan itu dapat disebabkan karena adanya faktor dari dalam kebudayaan masyarakat itu sendiri yaitu seperti bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru dan pertentangan antar masyarakat itu sendiri. Selain faktor dari dalam masyarakat itu sendiri, juga ada faktor dari luar yang mempengaruhi perubahan dalam masyarakat misalnya pengaruh dari kebudayaan lain. Adanya pengaruh dari kebudayaan yang menimbulkan perpaduan dan percampuran kebuayaan.
Pariwisata bagi sebuah daerah atau negara dijadikan suatu sarana penambahan dan penunjang pendapatan/devisa suatu daerah maupun negara. Pada dasarnya pariwisata merupakan salah satu penyebab adanya perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat yang disebabkan oleh faktor dari luar. Adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat asli itu sendiri. Pengaruh atau dampak yang terjadi dalam masyarakat itu sebagai berikut :

A. Dampak Pariwisata Terhadap Perilaku Masyarakat
Pariwisata mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah.Pemerintah dalam mengembangkan pariwisata tetap akan memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Pernyatan pemerintah ini ditegaskan dalam undang-undang No.9 tahun 1990. Dikembangkannya dunia pariwisata ini ternyata membawa dampak meningkatnya kunjungan para wisatawan d Indonesia. Kunjungan wisata di Indonesia pada tahun pertahun terus meningkat, terutama di daerah-daerah tujuan wisata seperti Yogyakarta maupun daerah lainnya misalnya Bali. Banyaknya jumlah wisatawan yang datangnya secara ekonomis mempunyai dampak bagi daerah tujuan wisata. Akan tetapi keseluruhan dampak termasuk pengaruhnya terhadap kehidupan social budaya sulit untuk diperhitungkan. Perilaku, ragam busana pada mulanya merupakan tontonan saja, namun kini menjadi hal yang biasa untuk ditiru.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat sekitar objek wisata itu merupakan konsekuensi dari dampak pembangunan atau pengembangan pariwisata. Secara konsepsual perubahan-perubahan yang terjadi itu merupakan akibat munculnya karena proses akulturasi antara kebudayaan masyarakat sekitar objek wisata dengan kebudayaan luar yang dibawa para wisatawan yang berkunjung. Dalam proses inilah terjadi saling mempengaruhi antara kebudayaan masyarakat sekitar objek wisata dengan kebudayaan wisatawan. Di dalam proses pengaruh mempengaruhi antara kedua macam kebudayaan yang berbeda itu tampak suatu gejala bahwa orang-orang di sekitar objek wisata dalam perilakunya apat menggunakan system penilaian yang berbeda menurut lingkungan sosialnya (Selo Soemarjan : 1975 : 57).
Perkembangan pariwisata yang menimbulkan proses akulturasi dengan dampak terjadinya perubahan nilai-nilai budaya akan berpengaruh pula pada perubahan perilaku individu-individu warga masyarakat. Terutama masyarakat di sekitar objek wisata yang sering dan mengalami kontak langsung dengan para wisatawan seperti masyarakat Prawirotaman yang mendapat pengaruh perkembangan pariwisata di daerah Yogyakarta, yaitu alih profesi para pengusaha batik dan tenun ke usaha penginapan atau gues house untuk para wisatawan yang didukung pula dengan adanya restouran, art shop, biro-biro perjalanan dan money canger. Kemudian masyarakat Parangtritis yang dewasa ini banyak bermunculan tempat-tempat penginapan, hotel-hotel dalam rangka mendukung pengembangan objek wisata pantai Parangtritis dan juga Prambanan.
Perkembangan Prawirotaman yang kemudian berubah menjadi perkampungan wisatawan berpengaruh terhadap norma-norma yang melembaga dan juga sikap individu-individu sebagai masyarakat Prawirotaman. Dampak dari pengaruh itu adalah pergeseran tata nilai dan norma-norma. Contohnya bagi individu-individu yang bekerja di penginapan, art shop, dan sebagainya. Bergesernya norma-norma karena pengaruh perkembangan pariwisata di Yogyakarta pada umumnya dan Prawirotaman pada khususnya akan merubah pada perilaku individu yang memiliki norma itu. Hal ini dapat terjadi karena perilaku individu-individu masyarakat itu bersumber pada norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dengan kata lain bergesernya norma-norma itu akan merubah sikap dan perilaku pendukung suatu budaya. Padalah budaya itu mengatur bagaimana individu itu berperilaku (Ralp Linton, 1984 : 135). Walaupun mungkin tidak sampai dasar yang hakiki.
Pengaruh terhadap perilaku masyarakat itu dapat kita lihat misalnya pada peristiwa kemasarakatan. Terutapa perilaku dan sikap para pengusaha guest house yang juga sebagai warga masyarakat Prawirotaman. Peristiwa-peristiwa kemasyarakatan itu antara lain pelayatan, gotong-royong, kerja bakti, dan lain sebagainya.  Selain obyek wisata di Prawirotaman, kawasan wisata pantai parangtritis yang teletak kira kira 25 km kearah selatan kota Yogyakarta. Pantai parangtritis merupakan salah satu tujuan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara garis besar untuk pengembangan pariwisata di kawasan pantai parangtritis perlu penataan dan pengaturan tempat-tempat pemukimam penduduk, penginapan-penginapan, warung atau rumah makan dan lain sebagainya. Namun dalam pembagunan kawasan pantai parangtritis itu perlu diperhitungkan dampaknya yang mungkin muncul.   
Pantai Parangtritis yang hingga saat ini dibenahi oleh pemerintah daerah agar pantas dan menarik, selalu mendapat kunjungan dari wisatawan. Terutama pada hari-hari liburan ,pantai parangtritis ramai pengujung, apalagi dengan selesai dibangunya jembatan kretek yang melintasi kali opak.dengan adanya jembatan kali opak ini akan mempermudah kunjungan wisata ke objek wisata pantai parangtritis.
            Ramainya kawasan wisata pantai parangtritis itu didukung oleh pengembangan penginapan dan rumah-rumah makan, penyediaan fasilitas seperti bendi, kuda tunggangan, kolam renang dan transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta ke pantai parangtritis. Dampak perkembangan pantai parangtritis sebagai kawasan wisata itu tidak membawa pengaruh terhadap norma-norma social yang berlaku disana. Sikap hidup rukun yang diwujudkan dalam bentuk gotong royong, kerja bakti, dan sambatan masih utuh dilakukan pendudukan sebagai anggota komunitas kecil. Hubungan tatap muka antara individu-individu masih berlaku disana namun disatu sisi lain perkembangan pantai parangtritis sebagai kawasan wisata itu tampak pada erosi nilai-nilai budaya. Apalagi dengan munculnya hotel-hotel yang memiliki fasilitas lebih dari cukup ( untuk ukuran parangtritis ) dampak ini muncu karena kebebasan para pengujung hotel yang memenfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.
             Kebebasan untuk berperilaku itu dalam hal-hal tertentu nampak adanya sikap tak peduli terhadap kepentingan masyarakat yang lain. Seperti adanya hotel-hotel dengan segala fasilitasnya dan munculnya para pramunikmat yang siap melayani para tamu yang menginap. Sikap yang tak peduli itu tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat kawasan wisata pantai parangtritis. Sehingga seakan akan dari sikap tak peduli menumbuhkan siakp individu-individu yang hanya memtingkan kebutuhan pribadi. Namun sikap tak peduli dan individu ini tidak samapi merambah luas pada masyarakat parangtritis. Dampak pengembangan pariwisata dikawasan wisata parangtritis terhadap perilaku masyarakat  hanya terbatas pada masyarakat yang tinggal di pantai.
            Selain objek wisata Pantai Parangtritis, di Yogyakarta juga ada objek wisata yang berupa candi, salah satunya yaitu candi Prambanan. Dampak pengembangan objek wisata candi ini sangat dirasakan pada kehidupan sehari-hari, khususnya pada bidang ekonomi. Sebelum menjadi taman wisata candi, masyarakat pada umunya hidup tanpa kesulitan. Pada umumnya mereka mempunyai usaha membuka toko di sepanjang jalan Yogyakarta-Solo, yang lain membuka kios menjajakan barang-barang kerajinan atau souvenir untuk wisatawan di sekitar candi. Setelah dikembangkannya taman wisata candi, semua tempat usaha mereka dipindahkan ke kios-kios yang disediakan taman wisata dengan cara menyewa. Sedangkan tempat tinggal mereka dipindahkan antara lain ke Klurak Baru.
            Di tempat yang baru, bisa dilihat rata-rata dari segi fisik bangunan tempat tinggal mereka lebih baik, struktur perkampungan lebih baik. Perubahan Hal ini dikarenakan tidak terjadinya hubungan-hubungan yang berlangsung secara intensif antara para wisatawan dengan masyarakat sekitar objek wisata. Justru yang tampak dari pengembangan taman wisata candi ini adalah sikap dan perilaku dari setiap individu untuk saling memperhatikan kepentingan yang satu dengan yang lainnya. Gotong royong kerja bakti dan sambatan di antara warga masyarakat lebih diperhatikan bila dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan dan pemindahan pemukiman baru.
Dampak pengembangan pariwisata terhadap social budaya pada umumnya tampak pada gaya hidup masyarakat di daerah kawasan wisata. Hal ini tentu saja karena berlangsungnya kontak secara terus menerus antara penduduk setempat dengan para wisatawan. Dampak positif demonstrative ini bagi masyarakat sekitar objek wisata adalah mendorong untuk bekerja lebih keras memperbaiki standar hidupnya. Dampak negatifnya muncul sikap kecemburuan social yang dinyatakan dengan tingkat kemewahan para wisatawan di tengah-tengah kemiskinan penduduk local. Hal ini dapat merangsang tindak kejahatan (I Nyoman Erawan, 1957 : 54 ).
B.     Dampak Pariwisata terhadap Kesenian
Kesenian yang mempunyai makna segala sesuatu mengenai seni atau yang mengandung keindahan adalah merupakan salah satu unsure atau bagian dari kebudayaan. Apabila kita perhatikaan secara terpisah, maka antara pariwisata dan kesenian khususnya serta kebudayaan pada umumnya nampak ada nilai yang sangat bertentangan. Pariwisata sebagai industri jelas memiliki nilai ekonomi yang sangat menonjol. Sedang kesenian dan kebudayaan memiliki  nilai kultural yang seolah-olah terpisah dari nilai ekonomi.
Kehidupan kesenian di Yogayakarta sangat beraneka ragam, ada pula diantaranya:
  1. Gamelan, latihan menabuh gamelan dapat disaksikan di keraton Yogyakarta setiap hari senin dan Rabu pagi. Untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dipungut biaya.
  2. Wayang Kulit, beberapa yayasan, instansi dan hotel menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit kemasan. Pertunjukan wayang kulit kemasan ini ditujukan untuk wisatawan manca negara dan nusantara. Salah satunya yaitun group anggar budaya yang berada di Yogyakarta Craft Center yang terletak di seberang hotel ambarukmo juga menyelenggarakan pertujunkan pertunjukan wayang kulit kemasan.
  3. Wayang Golek, pertunjukan wayang golek kemasan dapat disaksikan di Nitour Travel Agency pada setiap hari kecuali minggu bertempat di kantor agen tersebut. Selain itu yayasan Agastya juga menyajikan pertunjukan wayang golek ada setiap hari sabtu dengan dikenai biaya. Sedang hotel Arjuna Plaza pada setiap hari kamis juga menyelenggarakan wayang kulit kemasan.
  4. Tari, pagelaran tari kemasan di sediakan oleh yayasan mardawa budaya di pendopo pujo kusuman. Sementara itu para wisatawan juga diharapkan untuk menikmati sendratari Ramayana kemasan di panggung terbuka prambanan.
  5. Kesenian Rakyat Tradisional, pertunjukan rakyat tradisional ini antara lain adalah jathilan yang dapat kita tonton setiap sore dan malam di alun-alun keraton Yogyakarta serta trotoar malioboro. Pertunjukan jathilan ini sangat digemari para wisatawan dan merupakan tontonan yang murah, karena para penonton dipungut biaya secara sukarela.
Pengaruh terhadap pengerajin barang-barang kesenian, di daerah Parangtritis jenis kerajinan yang sangat terpengaruh akibat berkembangnya pariwisata adalah laying-layang yang terbuat dari bahan gabus. Sedang jenis kerajinan lain yang asli dari daerah ini seperti tenun, tikar, jenis kerajinan dari kerang, anyam-anyaman dari bahan bamboo dan sebagainya tidak banyak terpengaruh oleh perkembangan pariwisata, hal ini disebabkan kualitasnya tidak dapat bersaing dengan produk-produk dari daerah lain yang banyak dijual di kota Yogyakarta.
C.    Dampak Kebudayaan terhadap kehidupan beragama
Daerah Yogyakarta yang merupakan daerah yang sangat menjujung tinggi adanya perbedaan sehngga di daerah Yogyakarta banyak agama yang dipeluk oleh warganya asli dan warga pendatang.  Sebagian besar masyarakat Yogyakarta memeluk agama islam sebagaian memeluk agama katholik, hindu, dan budha. Sehingga dengan adanya perbedaan yang timbul maka setiap agama dibuatkan bangunan-bangunan peribadatan  agar dapat memudahkan para pemeluk agama tersebut dalam menjalankan ibadah agamanya. Sehingga dalam kehidupan tampak adanya kerukunan antara umat beragama yang ada di daerah Yogyakarta. Hal ini terjadi karena sudah tercipta sebuah rasa saling menghormati antara pemeluk agama yang berbeda-beda. Ini telihat saat hari-hari besar agama, para pemeluk agama lain akan memberikan waktu untuk pemeluk agama yang sedang merayakan hari besar itu untuk melaksanakan ibadahnya secara khusyuk. Contoh yang dapat kita lihat adalah saat para pemeluk agama islam sedang melakukan ibadah puasa maka orang-orang yang berbeda agama akan menghormati dengan tidak makan disembarang tempat juga saat agama katholik merayakan natal maka para pemeluk agama lain khususnya islam akan menjaga agar berjalan lancer proses periadatan yang dilakukan.
Dengan berkembangnya pariwisata yang sangat pesat terjadi di daerah Yogyakarta tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan beragama ini terjadi karena di Yogyakarta antara pariwisata dan kegiatan agama tidak disatukan. Pemisahan yang dimaksud dapat dilihat pada masyarakat desa pawirotaman yang desa mereka menjadi tempat wisata tradisional yang biasanya sangat digemari oleh wisatawan manca Negara yang suka menginap didesa tersebut, karena sering atau secara langsung berhadapan dengan warga asing namun masyarakat dapat memisahkan antara urusan agama dan ekonomi sehingga pengaruhnya tidak ada. Ini bebeda dengan yang ada di Bali, disana kegiatan agama salah satunya ngaben menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan manca negara  sehingga memunculkan anggapan bahawa kegiatan agama tersebut adalah sebuah adat istiadat. Ini menyebabkan kepentingan pariwisata sangat berkaitan erat dengan kegiatat adat istiadat bali yang merupakan asetnya karena di bali seakan-akan agama memberikan isi  dasar kegiatan adat sehingga orang sulit membedakan antara kegiatan adat dengan kegiatan agama.
Di daerah Yogyakarta diluar ketentuan-ketentuan agama yang berlaku, masyarakat juga mengenal kegiatan keagamaan (religi) yaitu upacara tradisional. Upacara adat yang dilakukan sebagian diantara masyarakat Yogyakarta itu bersumber pada kepercayaan dan keyakinan masyarakat pendukungnya. Dalam kaitanya dengan pariwisataan, kegiatan-kegiatan keagamaan inilah yang dijadikan sebagai objek wisata yang disuguhkan untuk para wisatawan. Demikian upacara adat tradisional yang banyak menarik para wisatawan antara lain : grebeg, sekaten dan labuhan.
Dari hasil pembahasan diatas sulit bagi kita untuk mendeteksi damapak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan beragama di Yogyakarta. Karena agama yang dilakukan para pemeluknya itu tidak identik dengan adat istiadat seperti halnya di Bali.
D.    Dampak Pariwisata terhadap Tehnologi
Dalam kebudayaan manusia, teknologi merupakan salah satu di antara ke tujuh unsur kebudayaan pakaian atau busana. Unsur tehnologi merupakan indikator yang kuat dalam perubahan itu. Unsur budaya tehnologi  menjadi tolak ukur untuk menyatakan suatu kebudayaan suku bangsa itu maju. Kemajuan kebudayaan itu sendiri menunjukan perkembangan dari suatu masyarakat. Dan kemajuan itu dapat terjadi karena proses sentuhan diantara dua budaya yang saling mempengaruhi, yang terjadi karena berlangsungnya kontak antara bangsa yang berbeda budaya yaitu budaya para wisatawan asing dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam masyarakat sekitar obyek wisata, apabila budaya-budaya yang berbeda itu mengalami percampuran dan bersentuhan. Dampak dari adanya unsur-unsur budaya tehnologi terdiri dari sub-sub unsur perhiasan, pakaian, peralatan atau perlengkapan hidup, bangunan, alat-alat transportasi dan makanan serta minuman. Lalu justru sub-sub tehnologi inilah dekat dengan pemenuhan kebutuhan para wisatawan. Seperti tentang pakaian yang lazimnya sekarang orang lebih senang menyebut busana masing-masing daerah, mempunyai kekhasan yang berbeda. Bahkan salah satu ciri yang menunjukan sifat kedaerahan yaitu pakaian atau busana beserta kelengkapannya. Salah satu contoh pakaian atau busana kebaya batik dan kain batik yang dilengkapi dengan selendang. Kebaya lurik dan kain batik ini adalah pakaian khas jawa yang dikenakan untuk kaum wanita jawa dan surjan lurik dan kain yang dilengkapi dengan blangkon merupakan pakaian yang dikenakan oleh kaum laki-laki jawa. Salah satu contoh pakaian atau busana dalam kebudayaan akan menunjukan budaya suatu bangsa atau daerah tertentu.
            Dalam dunia pariwisata kebudayaan merupakan aset wisata yang utama disajikan kepada para wisatawan. Pakaian atau busana yang menunjukan ciri khas budaya bangsa itu sering juga ditampilkan kepada para wisatawan. Semisal Daerah Istemewa Yogjakarta yang tak ketinggalan dalam kaitannya denga dunia parawisata, serta pakaian khas jogjakarta yang sering ditampilkan pula.hal itu dimaksudkan agar para wisatawan betah tinggal di Yogjakarta lebih lama. Bersamaan dengan perkembangan pariwisata yang diikuti pula munculnya hotel-hotel berbintang itu mulai tampak adanya pengaruh pariwisata itu terhadap pakaian daerah. Hal ini tampak pada pakaian yang digunakan oleh para karyawan hotel seperti “bell-boy”, pelayan bar dan sebagainya. Dengan maksud untuk menarik para wisatawan yang mengianap di hotel itu dibuatlah pakaian seragam buat mereka. modifikasi pakaian yang seragam yang dikenakan para karyawan hotel itu seakan-akan secara tidak langsung menunjukan perubahan tehnologi yang dalam hal ini adalah pakaian atau busana. Datangya para wisatawan asing terkadang menimbulkan dampak perubahan cara berpakaian dikalangan masyarakat terutama kalangan anak-anak muda. Kelompok anak-anak muda yang sebagian diantaranya meniru gaya para wisatawan asing yang berkenjung, terutama di sekitar objek wisata dan penginapan wisatawan seperti Prawirotaman. Berpakain seadanya tanpa mengingat dan mengenal adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
            Sub unsur teknologi yang lain yang banyak mengalami perubahan adalah bangunan-bangunan yang termasuk bangunan tempat tinggal. Seperti diketahui bersama bahwa bahwa bangunan tradissional yang menunjukkan budaya khas Jawa (Yogjakarta) adalaah bangunan-bangunan yang yang atapny aberbetuk Joglo limasan Kampung.  Bentuk bangunan itu mereka rubah sedemikian rupa dengan meninggalkan pola-pola bangunan budaya Jawa. Seperti misalnya di Prawirotaman itu pada umumnya menggunakan bentuk bangunan yang mengacu pada bentuk bangunan yang berunsur budaya luar, untuk difungsikan sebagai tempat penginapan para tamu wisatawan. Bentuk bangunan yang ada diperluas dan dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan pelayanan para tamu. Selain itu bangunan baru di daerah Parangtritis pada umumnya menggunakan bahan bambu yang dimodifikasi sedemikian rupa. Tetapi bentuk bangunannya masih menampakkan unsur tradisional, baik bangunan rumah makan maupun bangunan untuk penginapan.
            Selain itu dampak pengembangan lainnya seperti alat-alat transportasi. Transportasi sangatlah membantu untuk pergi menuju ke berbagai objek berbagai didaerah. Itulah sebabnya keberadaan transportasi itu perlu diperhatikan dan dipersiapkan terutama bagi daerah yang dinyatakan sebagai tujuan wisata seperti di Yogjakarta, dimana dampak terhadap transportasi, yang dalam hal ini upaya pembenahan prasarana transportasi yaitu pengaspalan jalan-jalan yang menuju objek wisata dan pengadaan alat-alat transportasi umum seperti bus, taksi dan kendaraan yang mendukung adanya pariwisata. Khusus di objek wisata parangtritis untuk para wisatawan yang berkunjung disediakan angkutan bendi yang ditarik seekor kuda. Alat angkutan bendi ini dioperasikan disepanjang pantai dan baru muncul setelah pantai parantritis dinyatakan sebagai objek wisata pantai di daerah yogyakarta. Disamping bendi juga untuk para wisatawan disediakan kuda wisata agar wisatawan lebih lama tinggal. Dari perkembangan dunia pariwisata daerah yogyakarta membawa dampak terhadap pengembangan transportasi yang secara ekonomi sedikit banyak memberikan peluang kerja. Hal ini dapat kita lihat pada adanya trayek baru bagi kendaraan wisata yang menuju ke objek wisata, andong wisata, bendi dan kuda wisata serta jasa-jasa angkutan yang mendukung adanya pariwisata.

Daftar Pustaka
Murniatmo, Gatut, dkk. 1993. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

1 komentar: