A.
Judul
Bentuk Interaksi
dalam Transaksi antar Penjual dan Pembeli di Pasar Sapi Singkil Boyolali
B.
Latar
Belakang
Setiap manusia dalam kehidupan sosial akan
membutuhkan dan berhubungan satu dengan yang lainya. Kemudian dari hal tersebut
mereka akan berhubungan melalui kontak maupun komunikasi secara verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia seperti para pelaku pasar
termasuk penjual dan pembeli, dimana mereka melakukan komunikasi dengan
menyampaikan pesan-pesan yang disampaikannya melalui tulisan ataupun lisan.
Berbicara dan menulis, pada dasarnya bentuk komunikasi verbal yang sering
dipergunakan dalam kegiatan seperti jual beli dan lain sebagainya. Sedangkan
membaca dan mendengarkan, untuk mendapatkan informasi. Komunikasi yang
dilakukan secara dua arah lebih membantu mereka dalam mendapatkan informasi
secara sempurna. Selain itu komunikasi nonverbal sering kali tidak
tersetruktur, hal itu dikarenakan komunikasi ini menggunakan berbagai
isyarat-isyarat tubuh dalam penyampaian informasi atau pesan. Kontak dan
Komunikasi adalah bagian dari interaksi sosial yang terdapat di kehidupan
manusia.
Interaksi merupakan
hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan
kelompok, baik berbentuk kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian. Bentuk
Interaksi terdapat dua macam yaitu assosiatif maupun disosiatif. Proses
asosiatif merupakan suatu proses interaksi yang mempunyai kecenderungan untuk
membuat masyarakat bersatu dan meningkatkan solidaritas di antara anggota
kelompok seperti kerjasama, akomodasi, akulturasi serta asimilasi. Sedangkan proses
disosiatif adalah suatu proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke
arah perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya
seperti : pertikaian/perselisihan, konflik, asmilasi,akomodasi,kerjasama,
persaingan dan kontravensi. Dalam kehidupan sehari-hari interaksi itu dapat
berbagai macam kegiatan misalnya bekerja, belajar-mengajar, bersenda gurau
bahkan jual beli antara penjual dan pembeli.
Pasar adalah tempat penjual dan pembeli bertemu,
barang dan jasa tersedia untuk dijual dan akan terjadi pemindahan hak milik
(Swastha, 1996: 50). Pertemuan penjual dan pembeli memungkinkan tejadinya
interaksi sosial. Dalam kegiatan transaksi jual beli setiap individu baik
penjual maupun pembeli akan melakukan hubungan sosial yang dipengaruhi oleh
konteks sosial budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Proses
interaksi yang terjadi baik itu berupa kegiatan jual beli maupun kegiatan yang
lain akan memunculkan bentuk-bentuk interaksi. Bentuk interaksi tersebut yaitu
asosiatif maupun disosiatif, dimana asosiatif akan membentuk suatu persatuan
yang akan menimbulkan hubungan-hubungan sosial yang membentuk jejaring sosial
diantara mereka. Sedangkan disosiatif suatu bentuk interaksi yang akan
menimbulkan perpecahan diantara pelaku pasar yang dapat memutuskan
hubungan-hubungan yang telah terjalin baik dalam transaksi jual beli maupun
kegiatan pasar yang lainnya.
Pasar Sapi Singkil Boyolali terletak di sebelah
timur atau lingkar utara dari kota Boyolali. Pasar sapi ini salah satu pasar
tradisional yang diramaikan pada hari tertentu sesuai dengan penanggalan jawa.
Pasar yang ramai di setiap PAHING atau sesuai dengan penanggalan jawa ini,
dipenuhi para pelaku pasar yang ingin beraktifitas dipasar. Mereka para pengunjung
yang ingin melakukan jual beli atau hanya sekedar melihat hewan ternak yang
diinginkan, mereka harus datang ke pasar ini. Lokasi pasar yang terjangkau oleh
masyarakat serta luas pasar yang cukup luas dengan berbagai fasilitas. Selain
terdapat berbagai tanah lapang yang dipergunakan untuk transaksi jual beli
hewan ternak, pasar ini juga terdapat pula kompleks kios-kios yang menjual
beraneka barang kebutuhan. Tak hanya itu saja sebuah peternakan sapi juga
ditemui yang menjadikan aktifitas pasar masyarakat. Peternakan sapi digunakan
untuk memenuhi kebutuhan gizi para warga di sekitar kota Boyolali, seperti
susu, daging dan yang lainnya. Semua kegiatan yang berada di pasar tersebut
menandakan bahwa pasar juga terdapat berbagai aktifitas masayarakat.
Para pengunjung pasar mempunyai kepentingan pribadi
masing-masing, namun karena keadaan yang berada dipasar tersebut interaksi
diantara mereka harus dilakukan. Interaksi diantara pelaku pasar di pasar sapi
singkil Boyolali, memunculkan bentuk interaksi sosial. Kerjasama yang dibangun
diantara pelaku pasar seperti adanya pesanan sapi seorang pedagang besar kepada
belantik sapi atau makelar sapi, kemudian dia mencarikan sapi di Pasar Sapi
Singkil Boyolali untuk memenuhi pesanan dari pemesan (http://fornaslpumkm.wordpress.com/).
Hubungan antar pelaku bisnis sapi begitu erat hingga menciptakan jejaring
ekonomi yang kuat. Jejaring pedagang-belantik-peternak,
pedagang-belantik-penjagal, serta peternak-pengepul susu-pabrik susu. Jejaring
ini juga melebar sampai ke pembeli.
Bentuk interaksi yang terjadi di Pasar Sapi Singkil
Boyolali tidak hanya dalam bentuk kerjasama, namun terdapat pula sebuah konflik
yang menghinggapi para pelaku pasar. Konflik yang terjadi di pasar tersebut
yaitu adanya kecurangan atau kenakalan dari pedagang sapi yang menjual sapi
dengan menggelonggongnya agar mendapatkan ukuran berat badan yang lebih untuk
mendapatkan keuntungan tinggi. perbuatan mereka banyak merugikan masyarakat,
karena para pembeli atau konsumen membeli satu ekor sapi mapun hanya
menginginkan dagingnya saja merasa tertipu oleh tindakan para penjual sapi
tersebut. Meski konflik yang terjadi antara penjual dan pembeli tidak berupa
konflik fisik yang dapat mengakibatkan sebuah kerusuhan. Namun dari konflik
yang terjadi tersebut menyebabkan lesun dan menurunya pemesanan sapi khsusnya
yang terdapat di Pasar Sapi Singkil Boyolali.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas, peneliti akan memfokuskan pada kajian mengenai “Bentuk Interaksi dalam
Transaksi antara Penjual dan Pembeli di Pasar Sapi Singkil Boyolali”. Peneliti
akan mengkaji mengenai berbagai macam bentuk interaksi yang terjadi dari adanya
sebuah transaksi antara penjual dan pembeli. Dan dari interaksi tersebut
mungkin akan terjalin kerjasama yang dapat menguatkan hubungan-hubungan sosial
dari pelaku. Tetapi juga terdapat pula sebuah konflik antara penjual dan
pembeli yang justru menimbulkan sebuah perselisihan bahkan perpecahan hubungan
yang telah terjalin diantara mereka. Dan merugikan dari masing-masing pihak,
kemudian melemahkan tingkat ekonomi.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan diatas, maka saya selaku peneliti ingin mengidentifikasi
permasalahan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Adanya
transaksi jual beli antara penjual dan pembeli menyebabkan adanya berbagai
bentuk interaksi yang timbul.
2. Banyaknya
bentuk interaksi yang dilakukan antara penjual dan pembeli mempengaruhi cara interaksi
dalam jual beli.
3. Kurangnya perhatian dalam interaksi antara pedagang
dengan pembeli dalam hal bahasa mauoun yang lain.
4. Dampak negative dari adanya interaksi antara pedagang
dengan pembeli di Pasar Sapi Singkil Boyolali.
5. Lemahnya perhatian pemerintah terhadap pedagang yang
melakukan kecurangan.
D.
Pembatasan
Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan
identifikasi masalah diatas, terdapat permasalahan yang kompleks. Maka, masalah
yang akan dibahas lebih lanjut perlu dibatasi guna lebih memfokuskan pada
penelitian mengenai Bentuk Interaksi dalam Transaksi Jual-Beli antara Penjual
dan Pembeli sapi di Pasar sapi Singkil Boyolali.
E.
Rumusan
Masalah
Dari
latarbelakang yang telah disamapaikan diatas mengenai judul penelitian “Bentuk
Interaksi dalam Transaksi Jual-Beli antara Penjual dan Pembeli sapi di Pasar
sapi Singkil Boyolali”, maka dapat ditemukan berbagai masalah yang dapat
dijadikan rumusan masalah seabagai berikut :
1. Bagaimana
Bentuk Interaksi antara penjual dan Pembeli dalam transaksi antara penjual dan
pembeli di pasar sapi singkil Boyolali ?
2. Apa
saja cara interaksi antara penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli di
pasar sapi singkil Boyolali ?
F.
Tujuan
Penelitian
Dalam
pelaksanaan penelitian ini tentunya peneliti mempunyai tjuan yang ingin dicapai
dan terselesaikan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui segala bentuk interaksi antara penjual dan Pembeli dalam transaksi
jual beli sapi di pasar sapi singkil Boyolali.
2. Untuk
mengetahui berbagai jenis cara interaksi yang digunakan antara penjual dan
pembeli dalam transaksi jual beli sapi di pasar sapi singkil Boyolali.
G.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah. Selain itu,
penelitian ini juga dapat diharapkan menambah perbendaharaan berbagai istilah
dan kegiatan dalam kegiatan jual beli terutama bidang Pragmatik. Dan hasil
penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Pembaca
1) Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi dan sumber informasi
atau pengetahuaan mengenai Bentuk
Interaksi yang terjadi dalam Transaksi antara penjual dan pembeli khususnya di
Pasar Sapi Singkil Boyolali.
b. Bagi
peneliti
1) Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peniliti untuk mengetahui berbagai bentuk
interaksi yang dilakukan dalam transaksi jual beli antara penjual dan pembeli.
Para masyarakat yang tak berseangkutan dalam kegiatan tersebut, dapat mengenal
bentuk interaksi. Selanjutnya mereka dapat menggunakan kegiatan tersebut untuk
melakukan kegiatan tersebut apabila suatu saat mereka melakukan aktifitas itu.
2) Penelitian
ini digunakan untuk mengukur kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan perkuliahan dengan terjun langsung
ke lapangan yakni ke masyarakat.
H.
Kajian
Pustaka
1. Kajian
Pustaka
Penelitian yang
membahas mengenai Bentuk Interaksi dalam Transaksi antara penjual dan pembeli
di pasar sapi Boyolali.
a. Interaksi
Menurut Soekanto, (2005: 64) bentuk
umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan
antara orang-orang, perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorang dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi
sosial dimulai pada saat itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling
bicara atau bahkan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu,
adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. kontak sosial dapat bersifat
positif atau negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama,
kontak sosial yang bersifat negatif pada suatu pertentangan atau bahkan sama
sekali tidak menghasilkan interaksi sosial. Model interaksi antara penjual dan
pembeli memiliki ciri-ciri berikut: (a). Memberi peluang pertukaran kata
bersifat goal oriented, tetapi juga untuk mengembangkan hubungan interpersonal,
(b). Hubungan bersifat interpersonal, tidak temporer, (c). Tawar menawar
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam interaksi penjual dan pembeli. (d). Masing-masing
pelaku dalam interaksi mengembangkan persuasi
verbal.
b. Bentuk Interaksi
Menurut Gillin dan Gillin, ada dua macam
proses sosial yang timbul akibat interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan
proses disosiatif.
1)
Proses
Asosiatif
Pada hakikatnya proses ini mempunyai
kecenderungan untuk membuat masyarakat bersatu dan meningkatkan solidaritas di
antara anggota kelompok. Kita mengenal empat bentuk proses asosiatif, yaitu
kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a)
Kerja
Sama ( Cooperation )
Kerja sama merupakan bentuk interaksi
sosial yang pokok. Kerja sama dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan
tujuan agar kepentingannya lebih mudah tercapai. Kerja sama merupakan suatu
usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan
sesamanya, yang dimulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam
lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat. Kerja sama dalam masyarakat
muncul karena adanya beberapa situasi tertentu seperti berikut ini.
1. Adanya
keadaan alam yang kurang bersahabat, seperti terjadinya bencana.
2. Musuh
bersama yang datang dari luar wilayah.
3. Pekerjaan
yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
4. Kegiatan
keagamaan yang sakral.
Kita mengenal beberapa bentuk kerja sama
dalam masyarakat, yaitu tawar menawar, kooptasi, koalisi, dan usaha patungan.
1. Tawar
menawar (bargaining) adalah perjanjian atau persetujuan antara pihak-pihak yang
mengikat diri atau bersengketa melalui perdebatan, pemberian usul, dan
lain-lain.
2. Kooptasi
(cooptation) adalah proses penerimaan unsur-unsur baru oleh pemimpin suatu
organisasi sebagai salah satu usaha untuk menghindari terjadinya keguncangan
atau kekacauan dalam sebuah organisasi.
3. Koalisi
(coalition) adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
struktur yang tidak sama satu sama lain.
4. Usaha
patungan (join venture) adalah kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pengeboran minyak, pembangunan jembatan layang, pembangunan
hotel, dan sebagainya.
b)
Akomodasi
( Accomodation )
Akomodasi adalah suatu bentuk proses
sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang
berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan cara
mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang
sudah ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan). Lalu, Akomodasi
bertujuan untuk berikut ini.
1. Mengurangi
pertentangan antara dua kelompok atau individu.
2. Mencegah
terjadinya suatu pertentangan secara temporer.
3. Memungkinkan
terjadinya kerja sama antarindividu atau kelompok sosial.
4. Mengupayakan
peleburan antara kelompok sosial yang berbeda (terpisah), misalnya lewat
perkawinan campuran (amalgamasi).
Adapun bentuk-bentuk akomodasi adalah
koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate,
ajudikasi, rasionalisasi, gencatan senjata, segregation, dan dispasement .
1. Koersi
(coercion) adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan
paksaan. Artinya, ada pemaksaan kehendak oleh pihak tertentu terhadap pihak
lain yang posisinya lebih rendah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik
maupun secara psikologis.
2. Kompromi
(compromise) adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian perselisihan
yang ada.
3. Arbitrasi
(arbitration) adalah suatu bentuk akomodasi yang menghadirkan pihak ketiga yang
bersifat netral untuk mencapai suatu penyelesaian perselisihan.
4. Mediasi
(mediation) , hampir sama dengan arbitrasi, tetapi pada mediasi pihak ketiga
yang netral yang berfungsi sebagai penengah tidak mempunyai wewenang untuk
memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan di antara pihak-pihak
yang berselisih.
5. Konsiliasi
(conciliation) adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6. Toleransi
(tolerance) adalah suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal.
Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan
sebelumnya.
7. Stalemate
adalah suatu bentuk akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan, karena
mempunyai kekuatan seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
8. Ajudikasi
(adjudication) adalah penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan atau
melalui jalur hukum.
9. Rasionalisasi
adalah pemberian keterangan atau alasan yang kedengarannya rasional untuk
membenarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya akan dapat menimbulkan konflik.
10. Gencatan
senjata (cease-fire) adalah penghentian sementara pertikaian karena ada satu
hal yang mengharuskan pertikaian atau peperangan berhenti, misalnya pembersihan
jenazah korban, adanya negosiasi perdamaian, dan sebagainya
11. Segregation
adalah upaya untuk saling memisahkan diri dan menghindar di antara pihak-pihak
yang saling bertentangan dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan.
12. Dispasement
adalah usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek masing-masing.
c)
Asimilasi
Asimilasi merupakan sebuah proses yang
ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan yang
terdapat di antara individu-individu atau kelompok individu.
Menurut Koentjaraningrat, proses
asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.
1. Ada
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.
2. Saling
bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama.
3. Kebudayaan
dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing mengalami perubahan dan saling
menyesuaikan diri.
Ada
beberapa faktor yang dapat mempermudah atau mendorong terjadinya asimilasi, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Toleransi,
keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan lain.
2. Kesempatan
yang seimbang dalam bidang ekonomi yang dapat mengurangi adanya kecemburuan
sosial.
3. Sikap
menghargai orang asing dengan kebudayaannya.
4. Sikap
terbuka dari golongan penguasa.
5. Adanya
perkawinan campur dari kelompok yang berbeda (amalgamasi).
6. Adanya
musuh dari luar yang harus dihadapi bersama.
Selain
itu ada pula beberapa faktor yang dapat menghambat atau memperlambat terjadinya
asimilasi, yaitu sebagai berikut.
1. Perbedaan
yang sangat mencolok, seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.
2. Kurangnya
pengetahuan terhadap kebenaran
3. kebudayaan
lain yang sedang dihadapi.
4. Kecurigaan
dan kecemburuan sosial terhadap kelompok lain.
5. Perasaan
primordial, sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan
bangsa atau kelompok lainnya.
d)
Akulturasi
( Acculturation )
Di era globalisasi sekarang ini yang
ditandai dengan pesatnya arus informasi dan komunikasi antarnegara
mengakibatkan batas antarnegara seolah-olah menjadi tidak ada. Berbagai
pengaruh dari suatu negara dapat dengan mudah masuk ke negara lain. Selain itu
berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi pada suatu negara dapat dengan
cepat diketahui oleh negara lain. Dalam hal ini kita tidak dapat menutup diri
terhadap berbagai pengaruh, terutama unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari
negara lain. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing itu salah satunya dapat
menimbulkan suatu keadaan yang disebut akulturasi.
Akulturasi adalah suatu keadaan di mana
unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
sendiri. Dalam akulturasi kita mengenal unsur-unsur kebudayaan yang mudah
diterima dan unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima. Unsur-unsur kebudayaan
yang mudah diterima dalam akulturasi di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kebudayaan
materiil, misalnya atap masjid Demak yang menggunakan model Meru seperti dalam
agama Hindu.
2. Kebudayaan
yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat, misalnya kesenian, olahraga,
dan hiburan.
3. Kebudayaan
yang pengaruhnya kecil, misalnya model pakaian, potongan rambut, bentuk rumah,
model sepatu dan lain-lain.
4. Teknologi
ekonomi yang bermanfaat dan mudah dioperasionalkan, seperti traktor, mesin
penghitung uang, komputerisasi di bidang akuntansi, dan lain sebagainya.
Sementara
itu, unsur-unsur kebudayaan yang sulit untuk diterima dalam akulturasi adalah
sebagai berikut.
1. Unsur
kebudayaan yang menyangkut kepercayaan, ideologi, falsafah atau religi suatu
kelompok.
2. Unsur-unsur
yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Misalnya makanan pokok
dan sopan santun kepada orang yang lebih tua.
2)
Proses
Disosiatif
Proses disosiatif merupakan sebuah
proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke arah perpecahan dan
merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya.
Kita
mengenal tiga bentuk proses disosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan
konflik.
a)
Persaingan
( Competition )
Persaingan merupakan suatu proses sosial
di mana individu atau kelompok mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan harus dilaksanakan dengan berpedoman
pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal-hal yang dapat
menimbulkan terjadinya persaingan atau kompetisi antara lain sebagai berikut.
1. Perbedaan
pendapat mengenai hal yang sangat mendasar.
2. Perselisihan
paham yang mengusik harga diri dan kebanggaan masing-masing pihak yang
ditonjolkan.
3. Keinginan
terhadap sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau menjadi pusat perhatian
umum.
4. Perbedaan
sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat.
5. Perbedaan
kepentingan politik kenegaraan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
b)
Kontravensi
( Contravention )
Kontravensi adalah suatu proses
komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain
sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat
itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya. Namun apabila tidak saling
berhadapan, benih-benih ketidaksesuaian itu ditampakkan secara jelas kepada
pihak ketiga. Biasanya kontravensi dikatakan pula sebagai sebuah proses sosial
yang berada di antara persaingan dan konflik.
Menurut Leopold Von Wiesse dan Howard
Becker, proses kontravensi itu bertingkat-tingkat hingga semakin hebat dan
hampir mendekati bentuk persaingan dan konflik. Tahukah kamu bagaimana
tingkatan kontravensi itu?
Ada lima tingkatan kontravensi, yaitu
general contravention, medial contravention, intensive contra vention,
misterious contravention, dan tactical contravention.
1. General
contravention, contohnya penolakan, keengganan, perlawanan, tindakan
menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain.
2. Medial
contravention, contohnya menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,
memaki-maki orang lain, mencerca, memfitnah dengan melemparkan beban pembuktian
kepada pihak lain, dan seterusnya.
3. Intensive
contravention, contohnya menghasut, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak
lain, dan lain sebagainya.
4. Misterious
contravention, contohnya membuka rahasia pihak lain pada pihak ketiga,
berkhianat, dan lainlain.
5. Tactical
contravention, contohnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak
lawan secara sembunyi.
Kita mengenal tiga tipe kontravensi,
yaitu kontravensi antargenerasi, kontravensi antarkelompok, dan kontravensi
jenis kelamin.
1. Kontravensi
antargenerasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan
muda mengenai masuknya unsur-unsur budaya asing.
2. Kontravensi
antarkelompok, misalnya perbedaan kepentingan antara golongan mayoritas dan
golongan minoritas.
3. Kontravensi
jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antara golongan pria dan perempuan
tentang cuti hamil dan melahirkan.
c)
Konflik
( Conflict )
Istilah 'konflik' berasal dari kata
Latin 'configere' yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologi,
konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau
kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik
adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status,
kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik itu tidak
hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya.
Konflik merupakan keadaan yang wajar dalam setiap masyarakat. Tidak ada orang
atau masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik dalam hidupnya.
1. Sebab-Sebab
Terjadinya Konflik
Hal-hal yang dapat menimbulkan
terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
a) Adanya
perbedaan kepribadian di antara mereka yang terlibat konflik, akibat adanya
perbedaan latar belakang kebudayaan.
b) Adanya
perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan individu
yang lain.
c) Adanya
perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka.
d) Adanya
perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan
nilai atau sistem yang berlaku.
2. Akibat
Konflik
Konflik dapat mengakibatkan hal yang
positif maupun hal yang negatif. Hal itu tergantung apa bentuk konflik itu dan
dari mana kita memandangnya Secara umum konflik dapat menimbulkan akibat
berikut ini.
a) Bertambah
kuatnya rasa solidaritas di antara sesama anggota kelompok. Hal ini biasanya dicapai
apabila terjadi konflik antarkelompok dalam masyarakat.
b) Hancur
atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul dari konflik yang
terjadi di antara anggota dalam suatu kelompok.
c) Adanya
perubahan kepribadian individu.
d) Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia.
3.
Cara Pemecahan Konflik
Selain cara-cara akomodasi yang telah
kita bahas bersama di muka, masih ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan atau menyelesaikan konflik, di antaranya elimination, subjugation
atau domination, majority rule, minority consent, dan integrasi.
a) Elimination,
berarti pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik antara
lain,dengan ucapan 'kami mengalah', 'kami mundur', 'kami keluar', dan
sebagainya.
b) Subjugation
atau domination, berarti orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya, terutama pihak yang
lemah.
c) Majority
rule, berarti suara terbanyak yang ditentukan melalui pemungutan suara atau
voting yang akan menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
d) Minority
consent, berarti ada kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan, serta sepakat untuk melakukan
kegiatan bersama.
e) Integrasi,
berarti pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan
ditelaah kembali sampai kelompok yang saling bertentangan mencapai suatu
keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
4. Bentuk-Bentuk
Konflik
Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat
beberapa bentuk konflik, yaitu konflik pribadi, politik, rasial, antarkelas
sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
a) Konflik
pribadi adalah konflik yang terjadi di antara individu karena masalah-masalah
pribadi. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan
dalam keluarga.
b) Konflik
politik adalah konflik antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas
perjuangan, dan citacita politik. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada
saat kampanye.
c) Konflik
rasial adalah konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antarsuku
yang terjadi di Timika, Papua.
d) Konflik
antarkelas sosial adalah konflik yang disebabkan munculnya perbedaan-perbedaan
kepentingan, misalnya konflik antara buruh dengan majikan.
e) Konflik
yang bersifat internasional adalah konflik yang melibatkan beberapa kelompok
negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya pertikaian
negara Israel dan Lebanon yang melibatkan beberapa negara besar.
c.
Transaksi antara
Penjual dan Pembeli
Jual beli secara etimologis artinya: Menukar harta
dengan harta.(1) Secara terminologis artinya: Transaksi penukaran selain dengan
fasilitas dan kenikmatan. Sengaja diberi pengecualian “fasilitas” dan
“kenikmatan”, agar tidak termasuk di dalamnya pe-nyewaan dan menikah.
Jual beli adalah dua kata yang saling berlawanan
Martina, namun masing-masing sering digunakan untuk arti kata yang lain secara
bergantian. Oleh sebab itu, masing-masing dalam akad transaksi disebut sebagai
pembeli dan penjual. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua
orang yang berjual beli memiliki hak untuk menentukan pilihan, sebelum mereka
berpindah dari lokasi jual beli.” Akan tetapi bila disebutkan secara umum, yang
terbetik dalam hak adalah bahwa kata penjual diperuntukkan kepada orang yang
mengeluarkan barang dagangan. Sementara pembeli adalah orang yang mengeluarkan
bayaran. Penjual adalah yang mengeluarkan barang miliknya. Sementara pembeli
adalah orang yang menjadikan barang itu miliknya dengan kompensasi pembayaran.
2. Kajian Teori
Penelitian ini
terdapat pembahasan yang perlu menggunakan teori yang menguatkan dalam
penilitian ini. Dengan demikian peneliti menggunakan teori yang sesuai yaitu
Teori yang diberikan oleh George
Herbert Mead yang mengemukakan bahwa dalam
teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena
symbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang.
Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan
atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam teorinya yang dinamakan
Interaksionisme Simbolik ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa konsep
yang mendasari teori yang ada, yaitu: Tindakan,Gestur,Simbol,Mind (Pikiran),Self (Diri),I and Me,Society (Masyarakat). pada dasarnya Teori
Interasionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia
bertindak berdasarkan atas makna, dimana makna tersebut didapatkan dari
interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu terus berkembang dan
disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.
Penelitian
ini juga menggunakan teori komunikasi yang dikemukakan oleh Darlmas Taylor
(1973; Taylor & Altman, 1987) yang mengungkapkan bahwa dengan berkembangnya
hubungan, keluasan dan kedalaman meningkat. Bila suatu hubungan menjadi rusak,
keluasan dan kedalaman seringkali akan (tetapi tidak selalu) menurun, suatu
proses yang dinamai penetrasi. Pada tahap awalnya, suatu hubungan biasanya
ditandai dengan kesempitan (narrowness) – topik yang dibahas hanya sedikit dan
kedangkalan (shallowness) – topik yang didiskusikan hanya dibahas secara
dangkal. Jika pada permulaan hubungan topic-topik dibahas secara mendalam
biasanya anda akan merasakan ketidaknyamanan. Bila pengungkapan diri yang
bersifat intim dilakukan pada tahap awal hubungan, kita merasa ada yang janggal
pada orang yang melakukannya.
3.
Penelitian
Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti relevan
dengan berbagai penelitian oleh penelitian dari berbagai mahasiswa yang telah melaksanakan
penelitian semacam ini. Seperti penelitian yang hampir sama mengenai judul
penelitan ini yaitu
1. Penelitian
yang berjudul ” RAGAM BAHASA KOMUNIKASI JUAL BELI KAMBING DI PASAR TRADISIONAL
KARANG PUCUNG KAB. CILACAP ” oleh Risdiyanto mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah (FKIP) UMP pada tahun 2010. Dari judul penelitian tersebut
peneliti lebih memfokuskan pembahasan mengenai interaksi antara penjual dengan
pembeli di pasar tradisional Karang Pucung Cilacap tersebut. skripsi yang
penelitiannya telah dilaksankan tersebut membahas pada ragam bahasa dalam
interaksi antara pedagang dengan pembeli. Keberagaman daerah menyebabkan
perbedaan bahasa yang digunakan dalam berinteraksi antara pedagang dengan
pembeli. Hal itu menyebabkan berbagai bentuk interaksi dintara mereka seperti
melalui telepon seluler dalam berinteraksi dengan menggunakan bahasa nasional
yaitu bahasai Indonesia.
2. Penelitian
yang dilakukan pada tahun 2011 yang berjudul “Bentuk Interaksi antar Pedagang
Aksesori di Emperan Toko (PERKO) MALIOBORO” oleh Retnowati mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan ekonomi(FISE) UNY. Penelitian ini membahas
mengenai Bentuk interaksi yang terjadi antar
pedagang aksesori di Emperan toko (Perko) Malioboro Yogyakarta.penelitian
ini lebih memfokuskan pada penelitiaannya tentang interaksi yang terbangun dari
para pedagang aksesori yang berada di emperan toko sepanjang Malioboro. Penelitian
yang membahas mengenai bentuk interaksi
yang terjadi dengan cara langsung dan tak langsung dikalangan pedagangan
Emperan yang berada di toko sepanjang Malioboro.
3. Penelitian
yang berjudul “Interaksi Sosial dan Status Sosial Pedagang Di Pasar Legi
Parakan Kabupaten Temanggung” oleh Wulan Suciani Mahasiswa Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY. Penelitian yang telah dilaksanakan ini
membahas mengenai interaksi yang terjadi antara pedagang yang mempunyai status
sosial yang yang tinggi (Pedagang besar) dengan pedagang kecil di Pasar Legi
Parakan Kabupaten Temanggung .
4.
Kerangka
Pikir
PASAR SAPI SINGKIL BOYOLALI
|
PEDAGANG
DI PASAR SAPI SINGKIL BOYOLALI
|
PEMBELI
DI PASAR SAPI SINGKIL BOYOLALI
|
INTERAKSI
|
ASOSIATIF
|
DISOSIATIF
|
KERJASAMA
|
AKOMODASI
|
PERSAINGAN
|
PERTENTANGAN
|
PERTENTANGAN
PERTIKAIAN
|
Kegiatan jual
beli Sapi yang dilakukan antara penjual dan pembeli di pasar sapi Singkil Boyolali
termasuk interaksi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kegiatan tersebut
merupakan salah satu interaksi yang tidak dapat dilepaskan dengan komunikasi
maupun kontak baik itu secara langsung dan tak langsung. Dan bentuk interaksi
tersebut dapat berupa kerjasama yang dapat menjadikan persatuan dan solidaritas
dari anggota yang mennimbulkan suatu hubungan sosial yang mengarah pada
jejaring sosial. Namun interaksi tersebut juga berujung pada perselisihan,
konflik, maupun perpecahan yang memutuskan sendi-sendi jejaring sosial yang
terjalin dari hubungan sosial yang telah dibangun oleh anggota-anggotanya.
I.
Metedologi
Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian
Penelitian
berkaitan dengan judul penelitian ini
akan dilaksanakan di Pasar Sapi Singkil Boyolali. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk interaksi yang terjadi dari transaksi antara pedagang dan pembeli
di Pasar Sapi Singkil Boyolali. Peneliti menganmbil lokasi penelitian tersebut
karena wilayah ini adalah lokasi tempat perdagangan hewan ternak yang terletak
cukup dekat dengan pusat pemerintahan kota Boyolali.
2.
Waktu
Penelitian
Waktu
pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada sekitar bulan Januari 2013 atau
terhitung setelah proposal penelitian ini disetujui. Selain itu juga
dikarenakan pasar ini tidak buka setiap hari dimungkinkan penelitian akan melaksanakan
penelitian saat pasar ini buka sesuai dengan salah satu hari di penanggalan
jawa yaitu Pahing.
3.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau
penelaah dokumentasi, yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis
maupun lisa dri orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Williams,
pemelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara alamiah. Selanjutnya penelitian kualtitaif dari definisi ahli
lainnya dikemukakan bahwa penelitian ini memanfaatkan wawancara terbuka untuk
menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau
sekelompok orang (Moleong,2011:4-5)
4.
Sumber
Data
a. Data
primer
Menurut S. Nasution
data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat
penelitian.Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung dari penjual
maupun pembeli mengenai bentuk interaksi dalam transaksi antara penjual dan
pembeli sapi di Pasar Sapi Singkil Boyolali.
b. Data
sekunder
Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang peneliti dapatkan dari
referensi-referensi yang ada, seperti buku, jurnal, situs, dan lain sebagainya.
Sumber ini akan mempermudah peneliti dalam mengolah data yang didapat dari
lapangan, sehingga memeperlancar pengambilan kesimpulandari penelitian yang
peneliti lakukan.
5.
Tehnik
Pengumpulan Data
Penelitian
ini yang paling utama adalah pengumpulan data-data dari hasil pengamatan yang
didapatkan dari lapangan, dan menyusunnya agar kita memperoleh data yang akurat
untuk memenuhi penelitian ini. Dala, penelitian menggunakan data secara lisan
maupun tertulis sehingga dalam penelitian ini memiliki tehnik pengumpulan data,
sebagai berikut :
a. Observasi
Penelitian
ini akan menggunakan pengumpulan data dengan observasi, dimana peneliti secara langsung
mengamati ke lapangan atau lokasi penelitian yang telah menjadi objek
penelitiaannya. Lokasi penelitian ini dilaksanakan tepatnya di Pasar Sapi
Singkil Boyolali.
b. Wawancara
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memeberikan jawaban atas pertanyaan itu.(Lexy
J. Moleong, 2005 : 186). Tehnik wawancara dilakukan dengan menyiapkan terlebih
dahulu pertanyaan-pertanyaan penelitian atau pedoman wawancara yang sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti nantinya, dan yang akan ditanyakan pada
informan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini
meliputi foto-foto, gambar-gambar, dan arsip-arsip yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti dan bahan dalam pengumpulan data untuk menjawab
permasalahan penelitian.
6.
Tehnik
Pengambilan Sampel
Penelitian
kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud pengambilan
sampel adalah dengan perposive sampling yaitu pengambilan berdasarkan tujuan
tertentu sesuai dengan yang dimaksud oleh peneliti (Arikunto,2005: 97).
Pertimbangan pengambilan sampel pada sumber data tersebut karena tidak semua pengunjung
di Pasar Sapi Singkil Boyolali memiliki cukup informasi masalah yang berkaitan
dengan penelitian. Maka dari itu penentuan sampel tertuju pada pedagang maupun
pembeli ditambah beberapa pengunjung yang layak menjadio narasumber dalam
penelitian ini.
7.
Validitas
Data
Validitas data dalam penelitian
ini penting dilakukan agar data yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam pemeriksaan keabsahan data ini
penulis membagi dengan empat cara :
a. Triangulasi
Triangulasi adalah
tehnik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
umtuk keperluan pengecekan atau suatu pembanding terhadap data itu. Tehnik
triangulasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan triangulasi metode. Pertama, triangulasi sumber yaknimengumpulkan data
sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Kedua, triangulasi metode yaitu
mengumpulkan data yang sejenis menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda. Dalam hal ini unutk memperoleh data, maka digunakan beberapa sumber
dari hasil wawancara dan observasi.(J. Moleong, 2005:330-331)
b. Perpanjangan
Keikutsertaan
Perpanjangan
Keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Dengan memperpanjang keikutsertaan peneliti akan
banyak mempelajari kebudayaan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang
diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari sendiri maupun dari
responden, dan membangun kepercayaan subyek (J. Moleong, 2005: 327-328).
c. Diskusi
dengan Expert
Tehnik ini dilakukan
dengan cara mendiskusiakn dengan expert dalam bentuk konsultasi atau diskusi
nalitik sehingga kekurangan dari penelitian ini dapat segera diungkapkan dan
diketahui. Expert(ahli) dalam penelitian ini.
d. Peer
Group Discussion
Tehnik ini dilakukan
dengan cara mendiskusikan dengan rekan-rekan dalam bentuk diskusi analitik
sehingga kekurangan dari penelitian ini dapatsegera diungkap dan diketahui agar
pengertian mendalam dapat segera ditelaah. Melalui diskusi akan terjadi proses
interaksi tukar menukar informasi antara penelitian dengan teman diskusi,
sehingga peneliti akan memperoleh masukan positif terhadap penelitian yang
dilakukan.
8.
Tehnik
Analisis Data
Tehnik analisis data
adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan.
Analisis data dilakukan dengan tujuan agar informasi yang dihimpun akan menjadi
jelas dan eksplisit. Sesuai dengan penelitian inimaka tehnik analisis data yang
digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kulitatif model interaktif ser=bagaimna
yang diajukan oleh Miles dan Hubberman yang terdiri dari empat hal utama (Miles
dan Hubberman,1992: 15). Empat hal itu yakni
a. Pengumpulan
Data
Data ini diperoleh dari
hasil observasi,wawancara dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang
terdiri dari dua aspek yakni deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi
merupakan data alami yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
disasikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapatdan
penafsirandari penelitian mengenai fenomena yang dijumpai. Sedagkan catatan
refleksi adalah catatan yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran. Peneliti
menganitemuan yang dijumapi dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk
thap selanjutnya. Untuk mendapatkan catatan ini maka peneliti melkukan
wawancara dengan beberapa informan.
b. Reduksi
Data
Reduksi Data adalah
suatu proses pemilih, pemusatan, perhatian pada langkah-langkah penyerderhanaan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Cara
mereduksi yakni dengan melakukan seleksi,membuat ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkan ke pola-pola dengan membuat transkip penelitian yang mempertegas,
memperpendek membuat fokus, membuang bagian yang tidak penting, dan mengatur
agar dapat ditarik kesimpulannya diakhir secara tepat secara tepat sesuai
dengan permasalahan fokus utamanya.
c. Penyajian
Data
penyajian data dibatasi
sebagai sekumpulan inforamsi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data cenderung megarah
pada penyederhanaan atas, kompleks ke dalam kestuan bentuk yang sederhana dan
selektif sehingga mudah dipahami.
d. Penarikan
Kesimpulan.
Kesimpulan merupakan langkah
terakhir dalam pembuatan laporan. Penarikan kesimpulan merupakan usaha mencari
dan memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat dan
proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverivikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan pemahaman yang lebih tepat.. selain itu juga dapat. Dilakukan
dengan mendiskusikannya. Hal ini dilkukan agar data yang diperoleh dan
penafsiran yang dilakukan terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga
kesimpulan yang ditarik menjadi kuat dan signifikan.
Daftar Pustaka
Joko,
Purwanto.2003.Komunikasi Bisnis.
Jakarta: Erlangga.
Moloeng, Lexy .J.
2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:
Remaja Rodakarya.
Ritzer,george
and Goodman, Douglas J. 2011. Teori
Sosiologi Moder: Edisi Keenam. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Soerjono,Soekanto.2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Retnowati.2011.Bentuk Interaksi antar Pedagang Aksesori Di
Emperan Toko(Perko) MALIOBORO Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Risdiyanto.2010.Ragambahasa
Transaksi Jual Beli di Pasar Tradisional. Purwokerto:Universitas
Muhamaditah Purwokerto.
Wulan
Suciani. Interaksi Sosial dan Status
Sosial Pedagang Di Pasar Legi Parakan Kabupaten Temanggung.Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html. diakses pada 19 Juni 2012 pada
pukul 16:13 WIB. Di Istiqomah kost.
http://abangdani.wordpress.com/2010/07/13/definisi-klasifikasi-pembagian-dan-syarat-jual-beli/.
Diakses pada pukul 20:17WIB. Di istiqomah Kost.
Lampiran
Lampiran
I
PEDOMAN
OBSERVASI
Tanggal Observasi :
Tempat :
No.
|
Aspek yang
diamati
|
Keterangan
|
1.
|
Kondisi fisik Pasar Sapi
Singkil Boyolali
|
|
2.
|
Keadaan sosial antar pedagang
dan pembeli
|
|
3.
|
Jenis barang dagangan pasar
|
|
4.
|
Bentuk Interaksi yang dilakukan antar
pedagang dengan pembeli
|
|
5.
|
Penampilan
para pengunjung (pembeli,pedagang dan lain sebagainya)
|
Lampiran
II
PEDOMAN
WAWANCARA
1.
Untuk
pedagang di Pasar Sapi singkil Boyolali
Identitas
Diri
a.
Nama :
b.
Usia :
c.
Pendidikan :
d.
Alamat :
Daftar
Pertanyaan
1.
Sejak
kapan anda berjualan di Pasar Sapi Singkil Boyolali ?
2.
Kapan
saja anda berjualan di Pasar Sapi Singkil Boyolali ?
3.
Bagaimana
pendapat anda mengenai kegiatan di Pasar Sapi Singkil Boyolali ?
4.
Bahasa
apa yang anda dunakan ketika anda berinteraksi dengan pembeli maupun pedagang
atau pengunjung yang lain ?
5.
Apakah
pernah terjadi sebuah persaingan, pertentangan hingga perselisihan antar
pedagang yang lainnya ?
6.
Apakah
pernah terjadi konflik antara pembeli yang datang ke Pasar Sapi Boyolali ?
7.
Bagaimana
pegaruh ataupun dampak yang ditimbulkannya interaksi antar pembeli atau
pengunjung lainnya ?
8.
Dari
manakah anda mendapatkan pasokan hewan ternak yang akan anda jual ?
9.
Bagaimana
strategi anda menjual dagangan anda tersebut ?
10. Bagaimana jika dagangan anda
tersebut tidak laku ?
11. Seberapa dekatkah hubungan anda
dengan pedagang yang lain atau pembeli ?
2.
Untuk
pembeli di Pasar sapi Singkil Boyolali
Identitas
Diri
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Alamat :
Daftar
Pertanyaan
1.
Kapan saja anda datang ke pasar ini untuk membeli
hewan ternak ?
2.
Bagaimana hubungan anda dengan para pedagang di Pasar
Sapi Singkil Boyolali ?
3.
Bagaimana strategi anda dalam membeli barang dagangan
sepeti sapi, kambing ?
4.
Apakah anda pernah berkonflik dengan para pedagang di
Pasar sapi Singkil Boyolali ?
5.
Apa bahasa yang anda gunakan ketika anda berinteraksi
dengan para pedagang ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar